Laman

Lazada Indonesia
Home » » Kemana Kami Mau Pindah

Kemana Kami Mau Pindah

DENGAN raut wajah kusam dan awut-awutan, Sumrowi (57), duduk termenung di tangga rumahnya. Sesekali ia mengubah posisi duduk dan menatap warga yang lalu lalang melintas di depan rumahnya. Raut wajah kelelahan tergambar jelas didirinya.

Warga Desa Tanah Abang Utara, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Muaraenim ini kelelahan dan pusing. Sudah sudah dua hari tidak bisa mencari nafkah karena kelelahan bekerja mengungsikan keluarga beserta perabotan rumah tangganya menumpang ke rumah tetangga dan sanak familinya.
“Aku ni lagi pusing, Pak. Anak istri saya mau dibawa kemana. Tanah saya tidak punya untuk memindahkan rumah. Belum lagi untuk makan sehari-hari saya terpaksa tidak bisa mencari nafkah,” ujar ayah tiga anak ini.

Sumrowi yang merupakan satu dari beberapa kepala keluarga yang rumahnya harus dibongkar karena dampak longsor bercerita, ia sekeluarga mulai tidak tenang pada saat kejadian longsor pertama.
Pada saat itu, kejadiannya sekitar pukul 01.00 dini hari. Rumah yang ia tempati tiba-tiba bergetar disertai jatuhnya sejumlah genteng rumah. Merasakan hal tersebut ia sekeluarga langsung terbangun dan berlari ketakutan tunggang langgang menyelamatkan diri keluar rumah.
Esok harinya ternyata sebagian jalan dan dam penahan tebing sungai di depan rumahnya sudah longosr masuk dalam Sungai Lematang.
Kejadian berulang kembali pada malam berikutnya dengan cara yang sama. Namun kejadian longsor susulan ini lebih kuat dan terasa getarannya. Sama seperti sebelumnya, keesokan harinya ternyata seluruh badan jalan amblas bahkan beberapa rumah tetangganya sebagian sudah ada yang longsor.
Meski rumahnya belum terkena longsor secara langsung, tetapi sudah dipastikan rumahnya tidak bisa diselamatkan lagi sebab sebagian besar tanah tempat pondasi rumahnya sudah retak-retak merekah, tinggal menunggu ambles oleh longsor.
Kini yang menjadi pemikirannya adalah setelah rumahnya dibongkar ia sekeluarga akan berteduh dimana. Ia tidak mempunyai tanah sedikit pun.
“Jangankan untuk membangun rumah Pak, untuk makan saja susah. Saya ini kerjanya serabutan Pak, tidak ada kebun dan sebagainya,” ujar Sumrowi dengan nada sedih.

Sumber: Sriwijaya Post - Selasa, 4 Januari 2011 19:54 WIB
Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

Mohon Maaf Komentar : Mengandung SARA, Sex, Menghasut/provokasi dan sejenisnya akan kami "Hapus"

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kabar Palembang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger