Kediri -Serangan ulat bulu di Desa Blaru, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mulai menimbulkan kepanikan. Keberadaan ulat itu dikaitkan dengan hal-hal mistis. Rokhim, Ketua RT 10 RW 05 Dusun Batan, mengatakan warga mencurigai ulat-ulat itu sebagai makhluk tidak wajar. Kedatangan mereka begitu cepat dan dalam jumlah besar pada pagi hingga sore hari. Namun menjelang malam, ribuan ulat itu hilang begitu saja dari batang pohon mindi. “Saya sendiri heran dengan kejadian ini,” kata Rokhim kepada Tempo, Kamis (14/4).
Bersama beberapa warga lainnya, Rokhim menggelar ronda malam untuk memantau pergerakan ulat bulu itu. Mereka khawatir lenyapnya ulat-ulat itu justru berpindah ke rumah penduduk. Namun setelah semalam suntuk dipantau, ulat-ulat itu lenyap begitu saja dari batang pohon mindi.
Handayani, 54 tahun, mengaku syok dengan kejadian ini. Pohon mindi di pekarangannya diserang ulat bulu. Nenek dua cucu ini berencana memboyong keluarganya ke Madiun karena takut akan serangan ulat tersebut. “Saya sudah mengemasi pakaian dan siap berangkat,” katanya.
Namun rencana itu dicegah beberapa warga lainnya yang memintanya tidak panik. Apalagi keputusan mengungsi ini nyaris diikuti beberapa tetangga Handayani yang rumahnya berdekatan dengan pohon mindi. Setiap malam Handayani mengaku tak bisa memejamkan mata karena khawatir ulat-ulat itu memasuki rumahnya.
Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Edy Purwanto meminta warga tidak mengaitkan ulat-ulat itu dengan hal mistis. Menurut kajian Dinas Pertanian setempat, ulat-ulat itu tak pernah berpindah tempat dari pohon mindi. Pada siang hari mereka akan turun ke bagian batang pohon dan bisa terlihat jelas oleh warga. Namun memasuki malam hari mereka naik ke atas dan berkumpul di dahan. “Mereka akan makan dengan lahap di malam hari,” kata Edy.
Pohon mindi dinilai strategis sebagai sarang ulat karena pertumbuhannya yang pesat saat musim hujan. Sebab di musim kemarau pohon tersebut justru meranggas. Hal inilah yang juga mempengaruhi peningkatan populasi ulat bulu dalam waktu cepat. Dia meminta masyarakat menekan pertumbuhan itu dengan melakukan pembakaran. Apalagi menurut data Dinas Pertanian perkembangan ulat ini telah meluas ke Desa Canggu, Kecamatan Badas.
0 komentar:
Post a Comment
Mohon Maaf Komentar : Mengandung SARA, Sex, Menghasut/provokasi dan sejenisnya akan kami "Hapus"