foto di atas saya ambil kira-kira 3 tahun yang lalu di mana ada kebijakan perusahaan agar semua kelapa sawit dengan radius 50 meter dari areal rendahan yang berhutan tidak boleh ditanam kelapa sawit setelah saya melakukan pengukuran ada beberapa pokok yang masuk dalam radius 50 meter maka dengan kebijakan perusahaan semua pokok kelapa sawit di tebang atau di tumbang. Bagi sebagian perusahaan kelapa sawit yang ada di Indonesia tentu hal ini merugikan bagaimana mungkin sudah keluar investasi yang besar untuk mendapatkan lahan namun tidak dapat di gunakan sebaik mungkin padahal orientasi kelapa sawit adalah semakin banyak tegakan pokok kelapa sawit maka akan semakin menguntungkan maka tidak peduli mau hutan, rawa, parit kecil semua harus tertanam dengan kelapa sawit. Perusahaan ini sebenarnya mendapatkan konsesi luas sekitar 12000 ribu hektar namun karena kebijakan membuat bufferzone dan tidak menanam pohon di areal rendahan maka yang tertanam hanya lebih kurang 7000 ha padahal sebenarnya sekitar 5000 ha masih bisa di kerjakan untukmenambah luasan kelapa sawit namun karena komitmen lingkungan yang tinggi maka perusahaan ini tidak melakukannya dan dari 7000 ha ada sekitar 20% yang di lakukan pola kemitraan KKPA dengan masyarakat sekitar.
Foto di atas saya ambil ketika perusahaan memberi tugas kepada saya untuk menginventaris areal bufferzone yang dekat kelapa sawit yang terkena atau terlilit kacangan mucuna breacteata untuk di lakukan tindakan pemeliharaan pada areal bufferzone dan setelah saya estimasi berapa luas areal hutan/bufferzone yang terlilit kacangan dari kelapa sawit maka di bentuk satu gang/anggota pekerja yang khusus merawat bufferzone dan managemen telah memberi SOP pekerjaan bahwa pekerjaan di areal bufferzone tidak boleh di semprot dengan bahan kimia harus di lakukan secara manual. Tenaga kerja yang merawat areal bufferzone merupakan anggota tetap kebun yang selalu merawat bufferzone tanpa menggunakan bahan kimia.
Di dalam bufferzone masih di jumpai bunga bangkai dan brotowali bahkan binatang-binatang liar masih sering juga saya jumpai seperti monyet tanpa ekor yang disebut masyarakat lokal sebagai beruk, monyet ekor panjang, kancil, tupai besar bahkan burung beo pun pernah saya lihat hal yang tidak pernah saya jumpai pada perusahaan kelapa sawit yang lain. Dengan terjaganya hutan di dalam perkebunan kelapa sawit maka berefek baik bagi masyarakat sekitar hal ini dapat di lihat dengan masih mengalirnya air di sungai, masih banyak masyarakat yang memancing di sungai di dalam perkebunan kelapa sawit bahkan air sungainya masih langsung dapat diminum.
Sungai kecil ini berada dalam lingkungan perkebunan kelapa sawit, air sungai ini masih di gunakan sebagai sumber air minum oleh masyarakat lokal di sekitar perkebunan kelapa sawit bahkan airnya masih langsung dapat di minum tanpa dimasak. Sebenarnya dengan komitmen yang kuat untuk tetap melestarikan lingkungan, perkebunan kelapa sawit tetap mampu beroperasi dengan memperoleh keuntungan namun tetap menjaga lingkungan hutan.
Salah satu grup dari perusahaan ini di Sumatera telah mendapatkan sertifikasi ISCC dan RSPO dan untuk di Kalimantan Barat telah mendapatkan ISO 9001 untuk kualitas kerja dan menagemen serta ISO 14001 untuk sertifikasi lingkungan sejak tahun 2006. Dari uraian saya jelas terlihat penyebab habisnya hutan bukan oleh dibukanya perkebunan kelapa sawit namun lebih dikarenakan kebijakan dan komitmen pengusaha dan aparat pemegang keputusan tidak menjalankan dan melaksanakan program perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan hanya berpikir profit sedangkan planet dan people tidak masuk dalam sistem terintegrasi dalam menjalankan perkebunan kelapa sawit.
Inilah kisah sepenggal hutan yang berada di dalam perkebunan kelapa sawit ternyata perkebunan kelapa sawit dapat berdampingan dengan hutan dan masyarakat lokal di sekitar perkebunanpun memperoleh manfaat dari hutan dan manfaat peningkatan ekonomi dari pembukaan kelapa sawit. Jadi prinsip 3 P (Profit, People dan Planet) dapat berjalan dengan baik jika memang semua pihak baik pengusaha, pemerintah, LSM dan masyarakat dapat saling bekerjasama dalam semangat menjalankan perkebunan yang berkelanjutan dan lestari. Salam Planter
Sumber: Kompasiana.Com
Oleh: Afrisal Planter | 28 March 2013 | 00:12 WIB
Kunjungi Juga:
www.agrobisnis-online.blogspot.com
www.tokotani-online.blogspot.com
www.dmki.or.id
0 komentar:
Post a Comment
Mohon Maaf Komentar : Mengandung SARA, Sex, Menghasut/provokasi dan sejenisnya akan kami "Hapus"